Minggu, 07 September 2008

Jika aku adalah seorang skizofrenia

Mungkin sebagian temen2 sudah tau tentang apa itu skizofrenia. Tapi bagi yg blom tau ada baiknya kita perlu liat dulu pengertiannya. Skizofrenia merupakan salah satu penyakit gangguan kejiwaan dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosionla dan cenderung menarik diri dari hubungan sosial. Sering kali diikuti dengan delusi dan halusinasi.

Yang menarik dari skizofrenia ini adalah jalan pikiran para penderitanya. Seringkali para penderita merasa ada yg lain di dunia mereka. Terkadang mereka diikuti oleh suara2 ataupun bisikan2 yg sebenarnya tidak ada menurut manusia normal. Bahkan terkadang bisikan2 itupun menyuruh para penderita skizofrenia untuk bunuh diri dan tidak jarang juga yg pada akhirnya menuruti bisikan itu untuk bunuh diri.

"A Beautiful Mind" adalah salah satu film yang mengangkat tema tentang skizofrenia. Film ini diambil berdasarkan kisah nyata yg dialami oleh pemenang Nobel tahun 1994 yaitu John Nash. Film yg diperankan oleh Russel Crowe (yang berperan sebagai John Nash) ini bercerita tentang bagaimana perjuangan hidup seorang John Nash untuk bisa survive dari penyakit skizofrenia nya dan kemudian mendapatkan nobel.

Ternyata para penderita skizofrenia juga ada di Indonesia. Kick Andy pernah mengangkat tema tentang penderita skizofrenia di Indonesia. Satira Isvandiary adalah salah satu penderita skizofrenia yang dihadirkan sebagai bintang tamu oleh Kick Andy. Satira bercerita tentang halusinasi yang selama ini dideritanya. Mulai dari mayat hidup, malaikat Jibril, para nabi, makhluk bermata merah, sampai para tokoh2 budha.

Sebuah dunia yg menarik dan misterius untuk kita pikirkan dan berikan mereka para penderita skizofrenia dengan perhatian yg lebih. Karena salah satu penyebab kesembuhan para skizofrenian adalah dengan memberikan kasih sayang dan perhatian. Bayangkan jika kita adalah penderita skizofrenia....

Sabtu, 06 September 2008

KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA FOX MEYER

Fox Meyer Drug (FMD) adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia yang mengalami kebangkrutan pada tahun 1996. Salah satu penyebab kebangkrutan FMD adalah karena sebuah kesalahan implementasi pada system enterprise resource planning (ERP) yang mereka punya. FMD memilih SAP R/3 sebagai aplikasi ERP mereka. Pada bulan September 1993, FMD menandatangani kontrak dengan konsultan SAP yaitu Andersen Consulting (Accenture), untuk mengimplementasikan SAP pada proses bisnis mereka. Proyek ini meliputi Supply Chain, Inventory Control, Customer Service, Strategic Planning, Information Systems, Pengiriman, dan Handling.

Karena kompetisi yang ketat, FMD membutuhkan solusi bisnis yang mampu mengakomodasi segala macam kebutuhan bisnisnya. Dengan solusi ini juga diharapkan perusahaan akan mampu mengelola pesanan, persediaan, dan aktivitas penjualan di dalam satu streamline operation serta menyediakan distribusi yang efektif dan efisien dari resep obat yang merupakan sebuah komponen penting di dalam sebuah industry farmasi.

Keselarasan antara IS, People, dan Business Process

Hal-hal yang menjadi penyebab kegagalan di dalam implementasi ERP ini adalah tidak adanya keterlibatan dari pengguna akhir atau end user. Perencanaan tentang pengimplementasian hanya dilakukan oleh manajemen tingkat atas (upper management) dari FMD, Andersen Consulting, serta orang-orang teknis yang berkepentingan lainnya. Orang-orang yang menjadi end user tidak dilibatkan sehingga terjadi gap yang besar antara pengguna dengan perencana sistem. Kurangnya kerjasama diantara end user juga menjadi salah satu penyebab lainnya. Tidak ada pelatihan khusus untuk para pengguna SAP di FMD.

Metode Pengembangan Sistem

Pendekatan implementasi yang digunakan oleh FMD adalah pendekatan bertahap. Pada musim panas tahun 1994, FMD melakukan kontrak dengan Andersen untuk menambah aplikasi pada 6 gudang baru. FMD dan Andersen berencana untuk mengimplementasikan aplikasi pada gudang tersebut untuk January dan February 1995. Salah satu keuntungan yang didapat dari pengembangan sistem secara bertahap ini adalah perusahaan dapat dengan cepat mengidentifikasi jika ada suatu kesalahan pada sistem. Tetapi yang terjadi pada FMD adalah kesalahan itu sudah tidak dapat lagi ditanggulangi karena sudah terlanjur banyak terjadi kesalahan yang mengakibatkan perusahaan rugi sekitar US$ 100 juta.

Pemanfaatan Project Management

Project team yang ada tidak dapat bekerja dengan optimal karena tidak adanya komunikasi antara pihak manajemen, tim proyek, dengan pengguna akhir. Hal pertama yang menyebabkan project team tidak bekerja maksimal adalah kesalahan dalam memilih jenis software. SAP R/3 didesain untuk perusahaan manufaktur, bukan untuk perusahaan wholesalers terutama yang membutuhkan banyak transaksi dalam proses bisnisnya. Hal lain dari kegagalan project team ini adalah tidak adanya restrukturisasi proses bisnis yang dikerjakan (change management). SAP tidak terintegrasi karena ketidakmampuan dari FMD untuk merestrukturisasi proses bisnis yang mereka jalankan dengan adanya SAP.

Keselarasan antara Company Direction dengan IS Direction

Perusahaan menginginkan solusi yang tepat yang bisa membantu untuk membuat rantai keputusan yang rumit dan meningkatkan penekanan cost. Berdasarkan analisis pada aktivitas Supply Chain, ERP akan memberikan solusi terbaik pada FMD untuk menyediakan informasi yang up-to-date, otomatis, dan mampu untuk mengintegrasikan sistem persediaan barang (inventory). Idealnya adalah perusahaan mampu untuk mengelola pesanan, persediaan, dan aktivitas penjualan ke dalam satu sistem serta menyediakan distribusi yang efektif dan efisien. Kenyataan yang terjadi adalah aplikasi SAP R/3 tidak mampu untuk mengakomodir semua yang menjadi tuntutan dari proses bisnis FMD karena aplikasi SAP R/3 hanya cocok untuk perusahaan murni manufaktur, bukan perusahaan yang juga bertindak sebagai wholesalers dimana banyak terjadi transaksi disana.

Tantangan yang Dihadapi Oleh Pengelola IS

Ekspektasi yang tinggi dihadapi oleh para manajer bisnis di FMD sehingga penggunaan SAP R/3 (yang pada masa itu merupakan suatu software yang paling populer) menjadi sedikit dipaksakan. Seiring dengan kebutuhan bisnis yang semakin meningkat, ada semacam keterpaksaan bagi pihak pengembang IS untuk mengimplementasikan SAP R/3 di FMD yang tidak terencana dengan baik. Seharusnya sebelum pengimplementasian dilakukan semacam blueprint bagi rencana yang nantinya akan dilaksanakan.

Kesimpulan

Keputusan yang dilakukan oleh Fox Meyer Drug untuk mengimplementasikan SAP R/3 perlu dikaji ulang agar segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan kebutuhan bisnisnya. Perusahaan perlu untuk melibatkan end user secara lebih mendalam karena perusahaan tidak boleh melupakan B2E atau business to employment. People perlu dikelola untuk dapat mengerti IS. Perencanaan yang baik akan menghindari perusahaan dari sebuah kegagalan implementasi sistem informasi

Referensi

Kasus Kegagalan Implementasi ERP,Kamis 7 Februari 2008, http://insidewinme.blogspot.com/2008/02/kasus-kegagalan-implementasi-erp.html

Less pain, More Gain in ERP Rollouts,September 17, 2001, www.networkcomputing.com/1219/1219f22.html